Jumat, 27 September 2013

Amerika Serikat Juga Terapkan "Kurikulum 2013"



JAKARTA - Siapa sangka jika "kurikulum 2013" ternyata juga diterapkan di Amerika Serikat? Dalam kurikulum Nathick High School (NHS) di AS, terdapat program serupa dengan program peminatan yang ada pada jenjang SMA dalam kurikulum 2013.

Hal ini ditemukan Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Muchlas Samani saat berkunjung ke Negeri Paman Sam itu atas undangan USAID. Dalam kegiatan bersama beberapa rektor Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Indonesia itu, dia menemukan "kurikulum 2013" di Amerika.

Dalam kurikulum NHS, ada mata pelajaran yang diberi kode AP (Advance Programme). Program ini mirip dengan program peminatan yang ada di jenjang SMA pada kurikulum 2013.

"Saya terkejut ketika menemukan contoh tes matematika untuk anak K-12 (setingkat dengan kelas 12) dalam mata pelajaran dengan kode AP. Saya sungguh kaget karena soal itu mirip dengan yang dipelajari mahasiswa teknik di akhir semester satu atau bahkan semester dua," tutur Muchlas, seperti dinukil dari laman Unesa, Jumat (27/9/2013).

Menurut Muchlas, adanya program tersebut melahirkan sejumlah kosekuensi. Meskipun tetap ada keuntungan yang bisa dirasakan para siswa pada sekolah yang menerapkan kurikulum tersebut.

"Sisi positifnya, siswa yang memang berminat akan mendapatkan soal dengan level mutu yang cukup tinggi. Namun sisi minusnya, saya menduga mereka akan melupakan mata pelajaran lain," ujarnya.

Selain itu, kata Muchlas, di NHS ada program pembinaan profesional guru yang disebut Professional Learning Community (PLC) yang setara dengan Komite Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di Indonesia namun berada di level sekolah.

Di samping itu NHS punya guru yang ditunjuk sebagai master teacher yang tugasnya memantau tugas guru lain dan membimbing guru se-matapelajaran dalam melaksanakan PLC. Setiap hari, guru mata pelajaran sejenis atau serumpun bertemu selama 45 menit untuk membahas pengalaman mengajar hari itu. Hasilnya direkam sebagai bagian dari portofolio guru.

"Sungguh menarik fenomena itu, ketika kita 'meninggalkan' KKG dan MGMP, tetapi NHS justru melaksanakannya secara konsisten dan menurut para guru di sana manfaatnya sangat baik. Semoga menjadi pelajaran dan bahan kajian yang menarik di Indonesia," urai Muchlas.

Dia menyatakan, dengan tunjangan profesi yang diterima para guru, konon akan ada Evaluasi Kinerja Guru. Berdasarkan evaluasi tersebut, para guru dengan kinerja yang buruk akan dihentikan tunjangan profesinya. "Semoga MGMP/KKG/PLC dapat dijadikan wahana pembinaan guru dan dijalankan secara konsisten ke depan," paparnya. (rfa)


Sumber : kampus.okezone.com

Tidak ada komentar: