Kamis, 10 Desember 2015

Kajian Ujian untuk Pelajar Indonesia

www.jacobtobin.com


Assalamualaikum......
Saya ucapkan selamat datang kepada anda yang sedang membaca artikel ini. Saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya baru-baru ini. Tahun ini, sejak tanggal 1 September 2015, saya adalah mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan program studi pendidikan fisika. Artikel ini saya tujukan kepada anda-anda yang tertarik dengan dunia pendidikan, siswa SMA kelas 12 terutama.
Kalian para siswa kelas 12 SMA tentunya sedang sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti Ujian Nasional atau entah apa nama lainnya. Bicara tentang ujian nasional, saya adalah satu dari sekian juta manusia Warga Negara Indonesia yang sudah mengikuti Ujian Nasional sebanyak 3 kali, yaitu untuk jenjang SD, SMP, dan terakhir SMA. Ujian Nasional bertujuan untuk mengetahui seberapa besar daya saing seorang murid dalam ruang lingkup sekolah. Dan secara nasional, mengidentifikasi seberapa berhasil suatu lembaga pendidikan mendidik para pelajar. Itu seharusnya....
Dari pengertian tersebut, ujian nasional, yang diharapkan dapat menguji kualitas pelajar malah dijadikan bahan persaingan tanpa tau dasarnya. Yang penting lulus dengan nilai bagus katanya, itu yang namanya kualitas? Bangsa ini adalah bangsa yang besar, dengan jumlah penduduk yang besar, dan SDA yang melimpah. Namun sayang, kita miskin akan moral. Saya bukanlah orang yang pandai, saya juga bukan orang yang selalu benar. Saya hanya peduli dengan negeri ini. Sedikit bercerita, baru-baru ini saya mengikuti UTS, ujian yang pasti dialami setiap mahasiswa bukan? Alkisah, UTS ini mata kuliahnya fisika dasar, mata kuliah paling sakral di Prodi saya, Pendidikan Fisika. Bukan hal baru jika kita bertanya pada senior, “Kak tahun kemarin UTS sama dosen ini materi kaya apa yang keluar?” dan sebagainya. Saya bertanya pada seorang senior juga, tapi kebetulan senior yang saya tanya ini pelupa, yasudah saya pikir saya mungkin tidak perlu bertanya hal tersebut lagi karena jarang bisa bertemu dengan mereka. Suatu ketika, ada salah satu teman saya, satu kelas, dia ini mendapat jawaban yang bagus atas pertanyaan yang sama dengan yang saya tanyakan. Tapi dia menyimpan jawaban tersebut untuk dirinya sendiri. Jawabannya seperti ini “Dosen ini kalo UTS biasanya ngasih soal dari contoh konseptual di buku giancoli”, sayangnya saya tau itu setelah ujian. Tapi bukan itu masalahnya, masalahnya adalah ketika ujian berlangsung, si nona ini megang hp, dan ada tulisan kecil di mejanya, saya ini duduk di arah jam 5 dari tempat duduknya, jadi saya bisa melihat jelas gerak-geriknya. Hal yang membuat saya tertarik untuk terus memperhatikan nona ini adalah, dia cantik, dan saya juga tau dia pintar, tapi kenapa dia melakukan hal yang sangat memalukan untuk seorang calon guru, calon pendidik, di mana ia akan mengemban amanah yang begitu besar kelak, mencerdaskan kehidupan bangsa. Saya tidak pernah tau apa yang orang lain pikirkan, tapi saya sendiri memutuskan untuk kuliah di prodi itu untuk menjalankan kalimat yang ada di pembukaan UUD itu. Saya tidak pandai fisika, bahkan nilai UN mata pelajaran fisika saya di bawah 5,5 yang berarti saya tidak lulus untuk mata pelajaran tersebut. Saya bukan anak SNMPTN yang dengan mudah diterima PTN, saya melalui berbagai jalur masuk PTN sampai akhirnya diterima di UIN. Sejauh ini, saya selalu berusaha untuk mengikuti ujian apapun dengan jujur, karena saya mencintai negeri ini. Jika saja saya menyontek di setiap ujian, bagi saya, sama halnya dengan saya membohongi diri saya sendiri, menipu Tuhan saya, mengkhianati negeri ini. Sama halnya dengan menusuk diri saya sendiri. Kenapa? Karena saya dengan nilai bagus tapi tidak mengerti apa-apa sama dengan nol besar, orang bodoh yang membodoh-bodohi orang lain, sedang orang lain lebih pandai.
Saya menceritakan hal ini pada teman saya yang kuliah di Universitas lain, jawabannya umum, saya yakin kebanyakan orang akan mengatakan hal yang sama. “Menyontek itu kan hal biasa di sini”, ya, orang bisa karena biasa. Lagi-lagi saya katakan, pelajar yang menyontek adalah mereka yang kelak akan duduk di kursi para petinggi, mengaku-aku wakil rakyat dengan kemeja yang kancingnya pun sulit mengait satu-sama lain. Merekalah calon-calon penipu negeri ini. Kembali lagi, ORANG BISA KARENA BIASA. Kenapa mereka bisa mencuri uang rakyat? Karena mereka biasa mencuri jawaban semasa sekolahnya. Mirip kan? Itu persepsi saya.... Anda terserah...
Kembali kepada siswa SMA, saya ini hanya ingin memberikan saran dan masukan. Untuk Ujian Nasional, saya harap kalian bisa melakukannya dengan jujur, apa susahnya mengikuti kemampuan kalian dengan hanya menjawab yang kalian bisa dengan jawaban yang berasal dari pikiran kalian? Saya ini, memiliki hasil tes IQ resmi terakhir 129, dan yang tidak resmi 170. Tapi lihat hasil UN saya...

Tapi saya sama sekali tidak merasa malu atau gagal, saya merasa sadar bahwa selama ini saya belum belajar dengan maksimal. Dan saya bangga, disaat orang lain bisa mendapat nilai 7 untuk fisika karena serangan subuh, saya bisa mendapat nilai 5 dengan kemampuan saya sendiri. Itu jauh lebih baik dibanding ketika Try Out, 3 kali saya mengikuti uji coba UN, nilainya selalu dibawah 4. Nilai 5 itu berarti saya sudah mampu menguasai setengah materi yang ada. Saya puas dengan itu. Cukup bahagiakan diri kalian ketika kalian mendapat nilai yang lebih buruk dari mereka yang menyontek. Nyatanya, sekalipun nilai saya seperti itu, saya masih bisa masuk PTN. Sekarang ini UN bukan lagi pengukur lulus tidaknya kalian. Selama semua orang bekerja keras dengan jujur, dan berpikir untuk selalu melakukan apapun dengan jujur, bukan hal mustahil jika kelak bangsa ini bisa bangkit dan sadar. Selama ini, kita dianggap bodoh, memiliki infrastruktur jalan yang baik berkat dijajah. Banyak kan yang berfikir demikian? Padahal jika kita melihat lebih jauh ke belakang, kembali ke zaman sebelum perang dunia, sebelum kita bernama Indonesia, sebelum Belanda datang ke Indonesia, negeri ini punya candi yang masih berdiri sampai hari ini. Siapa arsitek yang membangun kalau bukan penghuni negeri ini? Pikirkan sesederhana itu, jauh sebelumnya mereka para tetua kita bisa membuat semua itu, kenapa kita tidak? Kenapa kita harus menerima tanpa memberi perlawanan atas pernyataan bahwa kita bodoh dan tidak bisa apa-apa? Kenapa kita harus pasrah dengan apa yang mereka ucapkan dan hanya mau menerima hasil akhir tanpa tau prosesnya?
Proses itu penting. Tanpa proses kita tidak akan pernah tau rasa bersyukur. Tanpa proses kita tidak akan pernah tau rasa berjuang. Dan tanpa proses kita tidak akan menjadi bangsa yang besar. Saya yang bukan anak pintar yang masuk 10 besar di SMA dengan NEM yang rendah, bisa lulus ujian masuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


Saya tidak pernah mengikuti bimbingan belajar, saya juga bukan anak yang sangat pandai, tapi saya bersyukur atas apa yang telah saya dapatkan semasa SMA. Bagaimana cara bersyukurnya? Saya berusaha untuk melakukan yang lebih baik, itu yang guru fisika saya sampaikan. Semoga anda semua adalah orang-orang yang masih sadar dan tau bagaimana cara bersyukur. Saya bukan manusia sempurna, saya hanya ingin berbagi cerita, mohon maaf apabila apa yang saya tulis membuat anda tersinggung atau sebagainya. Dan tidak bosan saya tulis kembali, jika anda bertanya siapa yang mampu mengubah diri anda, jawabannya adalah anda sendiri. Itu juga ada di Al Quran. Sekian dan Terimakasih....

Kamis, 13 Agustus 2015

JALUR MASUK PTN

Image result for PTN
Lambang PTN di Indonesia
     


     Perguruan Tinggi Negeri atau yang akrab disebut PTN ini biasanya menjadi sasaran utama lulusan SMA/sederajat yang ingin melanjutkan pendidikan. Di Indonesia, lulusan PTN cenderung lebih dihargai di dunia kerja, terutama pemerintahan. Contonhnya saja untuk bisa masuk BUMN, calon karyawan rata-rata diharuskan lulusan PTN, hanya ada beberapa PTS yang lulusannya diterima BUMN. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu para calon mahasiswa memilih PTN. Terlepas dari itu, kebanyakan PTN mendominasi peringkat teratas dari sekian banyak perguruan tinggi di Indonesia. Sebut saja UI, UGM dan UNPAD.

     Nah, lalu apa saja masuk PTN?
     
     Secara nasional, ada dua jalur masuk PTN, yaitu SNMPTN dan SBMPTN

1.       SNMPTN
SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) adalah jalur masuk PTN dengan cara seleksi nilai raport. Pendaftaran tidak memungut biaya, alias gratis. Melalui jalur ini, PTN menerima 50% kuota setiap prodinya. Hal ini berarti SNMPTN merupakan gerbang besar untuk masuk PTN. Namun sayangnya, semakin besar suatu gerbang terbuka, semakin besar pula pengunjungnya. Anda akan disandingkan dengan orang-orang beragam prestasi yang memilih prodi yang sama dengan anda. Melalui jalur ini, kalian bisa memilih maksimal 3 prodi di 2 PTN, dengan syarat 1 PTN maksimal 2 prodi. Selain itu, jika anda memilih 2 PTN, maka salah satunya harus berada di provinsi SMA anda. Untuk bisa lulus jalur ini, umumnya anda harus memiliki nilai raport yang stabil setiap semesternya, dan akan lebih baik jika selalu naik. Tapi menurut pandangan pribadi saya, ini adalah jalur khusus untuk anak-anak yang memiliki peuntungan lebih dari yang lain. Pernahkah anda mendengar “orang pintar dikalahkan oleh orang rajin, & orang rajin dikalahkan oleh orang beruntung”? Coba anda tanyakan pada senior-senior anda. Sebagian besar anak-anak yang selalu masuk peringkat 10 besar gagal dijalur ini. Justru mereka yang tidak terduga bisa diterima. Kenapa? Tanyakan pada Allah SWT. Saran saya, selagi menunggu pengumuman SNMPTN, anda harus tetap belajar untuk tes jika anda memang benar-benar ingin masuk PTN.

2.       SBMPTN
SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) adalah jalur masuk PTN dengan cara tes tertulis. Tes terbagi tiga kelompok, yaitu IPA, IPS, dan IPC. Kelompok IPA apabila anda hanya memilih prodi saintek. Kelompok IPS apabila anda hanya memilih prodi soshum. Dan kelompok IPC apabila prodi pilihan anda saintek dan soshum. Adapun tes yang akan anda hadapi adalah TKPA (IPA, IPS, IPC), TKD Saintek (IPA & IPC), dan TKD Soshum (IPS & IPC). Biaya pendaftaran jalur ini pada TA 2015/2016 sebesar Rp 100.000,- (Untuk pendaftar bidik misi gratis). Pada tes ini anda harus benar-benar pandai menjawab soal. Karena sistem penilaian, jika benar +4, jika salah -1, dan jika tidak dijawab 0. Jawab yang anda yakin benar. Jalur ini membutuhkan kerja keras dan doa agar bisa lulus. Jika anda tidak lulus, berarti anda kurang berusaha, seperti saya -_-

     Kemudian ada pula jalur masuk PTN yang disebut jalur mandiri, biasanya dibagi atas jalur prestasi dan jalur tertulis. Jalur mandiri biasanya tidak menerima pendaftar bidikmisi, dan biaya kuliahnya pun lebih mahal dibanding dua jalur sebelumnya.

1.       Jalur Mandiri Prestasi
Jalur ini untuk mereka yang memiliki prestasi nasional dalam bidang olahraga dan seni. Penyelenggaraannya setiap PTN berbeda-beda, tergantung kebijakan masing-masing PTN. Sama seperti SNMPTN, jalur ini tidak menyertakan tes tertulis.

2.       Jalur Mandiri Tertulis
Sudah jelas, sama seperti SBMPTN, jalur ini melalui tes tertulis. Hanya saja, sistem penilaian berbeda,  tidak ada pengurangan skor atas jawaban salah. Tapi kembali lagi pada kebijakan PTN.
Selain daripada itu, ada pula jalur masuk PTN yang disebut UMB-PT. Jalur ini tidak hanya diikuti oleh PTN, tapi juga PTS ternama. Untuk tahun 2015 UMB-PT  diikuti oleh 11 PTN yaitu: UNIMAL, UNSYIAH, UTU, USU, UNIMED, UT, UNTIRTA, UNJA, UNUD, UPR, dan UBT. Biaya pendaftaran tergantung pada berapa Perguruan tinggi yang dipilih. Untuk persemesternya hampir mirip dengan Jalur mandiri.

     Khusus untuk PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri) membuka jalur masuk nasional seperti SNMPTN dan SBMPTN, yaitu SPAN-PTKIN dan UM-PTKIN. Seleksi ini diikuti oleh seluruh PTKIN di Indonesia.

1.       SPAN-PTKIN
Jalur ini seperti SNMPTN, melalui seleksi raport. Namun peserta diperbolehkan memilih 4 prodi dari 2 PTKIN. Dengan syarat, maksimal 2 prodi setiap PTKIN. Namun, dijalur ini PTKIN lebih mengutamakan prodi keagamaan, sehingga sangat jarang PTKIN yang membuka jurusan IPA/IPS melalui jalur ini. Biaya pendaftaran untuk jalur ini pun ditiadakan.

2.       UM-PTKIN
Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, jalur ini seperti SBMPTN. Bahkan penghitungan skor pun sama. Biaya pendaftaran tahun 2015 pun juga sama. Perbedaan berada pada tes. Selain TKPA dan TKD, ada pula tes kebahasaan yang menyertakan bahasa arab, dan tes keagamaan. Prodi yang dibuka melalui jalur ini sama seperti SPAN-PTKIN, lebih mengutamakan prodi keagamaan.


     Nah, itulah gambaran jalur-jalur masuk PTN. Jika anda adalah muslim, maka keuntungan bagi anda karena PTN yang juga PTKIN memiliki rata-rata 6 jalur masuk. Semoga bisa membantu ^^

Senin, 09 Februari 2015

Solusi dari Masalah Banjir





Banjir adalah salah satu masalah klasik di Indonesia. Hampir setiap musim penghujan banjir melanda sejumlah daerah di negeri ini. Banjir terjadi karena debit air melebihi penampungnya sehingga air harus meluap dan merendam daerah sekitarnya. Bicara banjir tentu yang fenomenal adalah ibukota negeri ini, DKI Jakarta. Istana presiden pun sempat dikunjungi banjir di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kota metropolitan ini hampir tidak pernah absen dari yang namanya banjir setiap tahunnya. Dari era penjajahan Belanda sampai era Jokowi-JK. Sikap warga ibukota yang terkesan ogah membuang sampah pada tempatnya ini menjadi penyebab utamanya. Saya ambil contoh yang mudah, saat perayaan pergantian tahun 2015 yang diselenggarakan secara akbar di ibukota ini, hampir tidak ada orang yang menyimpan sampahnya dalam tas mereka. “Ga ada tempat sampah, lagian juga paling besok dibersihin sama petugasnya” begitu katanya. Saya akui, tempat sampah di ibukota jarang ditemui, namun bukan berarti tidak ada, kalau memang ingin lingkungannya bersih bukankah bisa menyimpan sejenak sampah itu kemudian membuangnya saat menemukan tempat sampah?

Kembali kepada banjir, daerah di ibukota yang paling rawan banjir adalah Jakarta utara. Wilayah yang satu ini terletak paling utara Jakarta dan dekat dengan pantai, wilayah yang seharusnya menjadi rawa bermetamorfosis menjadi pemukiman warga. Bagaimana banjir tidak melanda? Yang harusnya menjadi daerah penyerap air saat hujan tiba, malah tidak mampu menerima sedikit gerimis saja. Dan saat banjir melanda, “Pemerintah gimana sih? Nyelesain banjir aja ga bisa!”. Pak, bu, ini banjir yang buat siapa?

Menyalahkan orang lain memang bakat kita, inilah kenapa ada pepatah “semut di seberang jalan terlihat, gajah di pelupuk mata tak terlihat”. Kalau saja ada kesadaran diri, insyaallah banjir tidak lagi melanda ibukota. Lalu solusinya? Solusi menanggulangi banjir, ini berarti tentang apa yang harus kita lakukan saat banjir melanda negeri kita tercinta.

Pertama, tentulah menyelamatkan diri dan keluarga, jika ada barang-barang yang berharga bisa pula dibawa, selama tidak membuat kita kesulitan berjalan di tengah banjir. Kemudian mengungsi ke daerah yang lebih tinggi dan tidak terkena banjir.
Kedua, bertransmigrasi ke pulau seberang, mari kita isi kekosongannya. Kalimantan itu pulau yang terancam direbut Malaysia. Sebagian besar penduduk Kalimantan utara berpindah kewarganegaraan menjadi WNM. Apa kalian rela? Ini yang disebut sambil menyelam minum air. Bosan kebanjiran? Harga tanah di Kalimantan relatif lebih murah, bebas gempa, dan sangat terasa sensasi pulau tropisnya. Di samping itu, kita juga bisa menjaga aset negara yang satu ini. Saya sendiri pun ada rencana untuk bermigrasi ke sana.
Ketiga, pasrahkan saja, toh nantinya saat matahari muncul dari timur perlahan air akan surut.

Jangan terlalu kaku, kalau memang Jakarta adalah kampung halaman kalian, lalu kalian harus pindah ke Kalimantan, bukan berarti kalian tidak bisa kembali lagi ke Jakarta. Lagi pula ini masih di Indonesia. Jika tidak mau di Kalimantan masih ada Papua, Nusa tenggara, Sulawesi dan pulau-pulau lainnya yang masih butuh penghuni. Indonesia ini bukan hanya Jakarta, Jawa, Bali, dan Sumatra.


Jika kalian takut dengan apa yang namanya kesulitan akses, maka kalian bisa gunakan apa yang namanya “ilmu”. Dimana ada kemauan di situ ada jalan. Untuk biaya, kalian bisa meminta bantuan kepada investor, tunjukkan bakat bisnismu. Dengan begitu banjir teratasi, Pulau-pulau sepi terlindungi, dan negeri ini bisa menjadi pesaingnya Amerika Serikat.

Mencegah dan Memberantas Korupsi

Wallpaper antikorupsi - ACCH

Mungkin sebagian dari kita akan berpikir bahwa memberantas korupsi adalah tugas dari lembaga pemerintah bernama KPK. Memang ini negara siapa? Apa hanya KPK yang menjadi warga negara Indonesia? Korupsi, dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat, boleh saya katakan seperti itu? Kenapa? Anggota dewan itu juga rakyat lho. Pada artikel sebelumnya saya pernah membuat judul “Mencontek dan Korupsi bukan Dua Hal yang Berbeda”. Lalu bagaimana cara kita memberantas korupsi itu?

Kita bisa melakukannya dengan pengawasan terhadap pejabat pemerintah atau bahkan orang-orang sekitar yang mencurigakan. Seperti seorang pejabat yang berpenghasilan standar punya rumah mewah dan istri berlimpah, yang seperti ini harus diwaspadai, jika sangat tidak wajar bolehlah melapor pada pihak yang berwajib dalam hal ini KPK misalnya. 

Namun tentulah mencegah lebih baik daripada mengobati, mencegah dimulai dari diri kita yang berlumuran dosa ini. Bagaimana caranya? Silahkan disimak...

1.       Beriman dan mendekatkan diri pada Tuhan, memohon perlindungan pada-Nya. Kalian pernah dengar apa kata Tuan Krab? “Uang bicara”, begitu katanya. Kita tidak tau apa yang akan terjadi jika kita dibutakan oleh harta, jabatan dan urusan duniawi.
2.       Bersikap jujur, hei warga negara Indonesia yang sedang mengalami krisis akhlak. Jika negeri ini bisa bicara mungkin ia akan menangis sampai Jakarta benar-benar tenggelam. Generasi muda pembohong, pembuat masalah, tidak beradab. Apa harus kita menjadi seperti itu? Istighfar saudaraku.
3.       Ingat mati, manusia hidup bukan untuk mati, namun manusia hidup menunggu mati. Itu prinsip saya. Percuma harta melimpah kalau besok saya mati, toh harta tak dibawa mati. Meskipun harta itu disandingkan dengan jasad, apa mungkin roh dalam tubuh ini membawanya pergi bersama? Jawablah dalam hatimu wahai anak muda.


Uang bukan segalanya tapi segalanya butuh uang, saya mengakui itu, tapi bukan berarti kita bisa menghalalkan segala cara demi sesuatu bernama uang itu. Ingat selalu tiga hal diatas, insyaallah kita tidak akan menjadi tahanan KPK dimasa kita menjadi pengusaha dan penguasa. Bukan maksud saya untuk menggurui, namun tidak ada salahnya kita saling mengingatkan. Bukankah kita mencintai negeri ini dan sangat menyayangkan jika negeri ini hancur hanya karena manusia berjiwa setan yang disebut koruptor itu? Ini cara saya, mohon maafkan apabila menyinggung perasaan kalian. 

Narrative & Recount Text

NARRATIVE TEXT : SNOW WHITE

Once upon a time there lived a little girl named Snow White. She lived with her aunt and uncle because her parents were dead.
One day she heard her uncle and aunt talking about leaving Snow White in the castle because they both wanted to go to America and they didnt have enough money to take Snow White.
Snow White didnt want her uncle and aunt to do this so she decided it would be best if she ran away. The next morning she ran away from home when her aunt and uncle were having breakfast. She ran away into the woods.
Then she saw a little cottage. She knocked but no one answered so she went inside and fell asleep.
Meanwhile, the seven dwarfs were coming home from work. They went inside. There they found Snow White sleeping. Then Snow White woke up. She saw the dwarfs. The dwarfs said, Whats your name? Snow White said, My name is Snow White.
Doc, one of the dwarfs said, If you wish, you may live here with us. Snow White said, Oh could I? Thank you. Then Snow White told the dwarfs the whole story and Snow White and the seven dwarfs lived happily ever after.


NARRATIVE TEXT : SANGKURIANG

Long time ago in West Java, lived a beautiful girl named Dayang Sumbi. She was also smart and clever. Her beauty and intelligence made a prince from the heavenly kingdom of Kahyangan desire her as his wife. The prince asked permission from his father to marry Dayang Sumbi. But his father approved on one condition, when they had a child, the prince would transform into a dog. The prince accepted the condition.
They get married and lived happily in the woods until Dayang Sumbi gave birth to a baby boy. The prince then changed into a dog named Tumang. Their son is named Sangkuriang. He was very smart and handsome like his father. One day, when he was hunting, Sangkuriang accidentally killed Tumang. His arrow missed the deer he was targeting and hit Tumang instead. He went home and tells her mother about the dog. Dayang Sumbi was appalled. Driven by sadness and anger, she grabbed a weaving tool and hit Sangkuriangs head with it. Dayang Sumbi was so sad, she didn’t pay any attention to Sangkuriang and started to cry.
Sangkuriang feel sad and also confused. Sangkuriang then decided to go away from their home and went on a journey. In the morning, Dayang Sumbi finally stopped crying. She started to feel better, so she went to find Sangkuriang. But her son was no where to be found. She looked everywhere but still couldnt find him. Finally, she went home with nothing. She was exhausted. She fell asleep, and in her dream, she meets her husband. Dayang Sumbi, dont be sad. Go look for my body in the woods and get the heart. Soak it with water, and use the water to bathe, and you will look young forever, said the prince in her dream. After bathing with the water used to soak the dogs heart, Dayang Sumbi looked more beautiful and even younger.
And time passed by. Sangkuriang on his journey stopped at a village and met and fell in love with a beautiful girl.He didnt realize that the village was his homeland and the beautiful girl was his own mother, Dayang Sumbi. Their love grew naturally and he asked the girl to marry him. One day, Sangkuriang was going on a hunt. He asked Dayang Sumbi to fix the turban on his head. Dayang Sumbi was startled when she saw a scar on his head at the same place where she, years ago, hit Sangkuriang on the head.
After the young man left, Dayang Sumbi prayed for guidance. After praying, she became convinced that the young man was indeed her missing son. She realized that she had to do something to prevent Sangkuriang from marrying her. But she did not wish to disappoint him by cancelling the wedding. So, although she agreed to marry Sangkuriang, she would do so only on the condition that he provides her with a lake and built a beautiful boat, all in one night.
Sangkuriang accepted this condition without a doubt. He had spent his youth studying magical arts. After the sun went down, Sangkuriang went to the hill. Then he called a group of genie to build a dam around Citarum River. Then, he commands the genies to cut down trees and build a boat. A few moments before dawn, Sangkuriang and his genie servants almost finished the boat.
Dayang Sumbi, who had been spying on him, realised that Sangkuriang would fulfill the condition she had set. Dayang Sumbi immediately woke all the women in the village and asked them to wave a long red scarf. All the women in the village were waving red scarf, making it look as if dawn was breaking. Deceived by false dawn, the cock crowed and farmers rose for the new day.
Sangkuriangs genie servants immediately dropped their work and ran for cover from the sun, which they feared. Sangkuriang grew furious. With all his anger, he kicked the unfinished boat. The boat flew and landed on a valley. The boat then became a mountain, called Mount Tangkuban Perahu (Tangkuban means upturned or upside down, and Perahu means boat). With his power, he destroyed the dam. The water drained from the lake becoming a wide plain and nowadays became a city called Bandung (from the word Bendung, which means Dam).

  
 RECOUNT TEXT : MAJAPAHIT KINGDOM

The Majapahit kingdom centered in East Java, Indonesia, established circa 1293 to 1500 AD. This kingdom reached its peak highway into empire that controls a wide area in the archipelago during the reign of Hayam Wuruk, who ruled from 1350 to 1389.
Majapahit kingdom is the kingdom of Hindu-Buddhist past controls the archipelago and is considered as one of the greatest country in the history of Indonesia. Extends his power in Java, Sumatra, the Malay Peninsula, Borneo, to eastern Indonesia, although its territory is disputed.
Prior to the work of Majapahit, Singhasari have to first be based Royal rulers in Java. The exact date is used as the date of birth of the Majapahit kingdom was Raden Wijaya coronation as king, which is the 15th of the month of Kartika in 1215 saka which coincides with the November 10, 1293. He was named the official name Kertarajasa Jayawardhana.
According Nagarakretagama Canto XIII-XV, Majapahit area includes Sumatra, the Malay Peninsula, Borneo, Sulawesi, the islands of Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapore) and some islands of the Philippines. This source shows the widest limits once the heyday of the Majapahit Empire.