Minggu, 26 Januari 2014

Mencontek dan Korupsi bukan dua hal yang berbeda


Halo, dan hola bro and sist. Hari ini saya akan membahas masalah pendidikan di Indonesia yang sebenarnya sangat membuat saya merasa tidak nyaman. Apakah pelajar lain juga berpikir demikian?

Sebagai seorang pelajar, saya merasa sekolah sangat dituntut untuk mendapatkan nilai bagus. Beberapa hari yang lalu saya sempat bertanya pada guru saya, tapi jawabannya kurang memuaskan. Di dunia ini ada begitu banyak manusia dimana jika mereka ingin mendapatkan pekerjaan yang layak, mereka harus sekolah. Saat mereka sekolah, mereka dituntut untuk belajar giat agar mendapat nilai yang bagus agar kelak mereka bisa lulus dari sekolah itu. Tapi, apa dengan belajar giat dan memperoleh nilai bagus, mereka bisa menerapkan apa yang sudah mereka pelajari selama ini? 

Saya tidak tau dengan pelajar diluar negeri, tapi saya sendiri melihat dan merasakan. Tuntutan seperti itu justru membuat para pelajar menghalalkan segala cara untuk mendapat nilai bagus dan lulus dari sekolah. Kenyataannya kita bisa lihat dari banyaknya pelajar kelas 6 SD, kelas 3 SMP dan kelas 3 SMA yang mencari bocoran kesana kemari agar bisa lulus dengan nilai bagus dan bisa melanjutkan pendidikannya di sekolah yang lebih baik. Tapi, apa dengan begitu mereka bisa jadi orang yang berguna? Menurut saya, pelajar yang seperti itulah yang kelak menjadi koruptor. Bukankah bangsa ini sudah terlalu banyak memiliki koruptor, kurangkah jumlah mereka sampai harus ada bibit-bibit baru? 

Menurut saya, jika sekolah terus menerus dituntut untuk memperoleh nilai bagus, kapan habisnya koruptor itu. Sejak mengenyam pendidikan dasar pun mereka berani untuk melakukan kecurangan, karena sudah biasa, mana mungkin mereka merasa bersalah. Bukankah begitu? Saya bukannya merasa diri saya benar atau sebagainya. Tapi sebagai Warga Negara Indonesia, jika saja orang-orang yang berdasi, memakai jas dan duduk dikursi yang gedungnya berwarna hijau itu mau mendengar suara rakyat, banyak hal yang harus diperbaiki. Dari hal kecil saja, untuk mengurangi dan menghilangkan koruptor, bisakah mereka membantu kita menghilangkan budaya mencontek yang sudah mendarah daging pada pelajar Indonesia? 

Seandainya, para pelajar yang hendak melanjutkan pendidikannya, misalnya dia adalah si A. Si A ini baru lulus SD dan hendak melanjutkan ke SMP. Hasil ujian nasionalnya tidak terlalu bagus, tapi dia mengerjakan semuanya sendiri. Sedangkan teman-temannya memiliki Nilai Ebtanas MURNI dengan hasil TIDAK MURNI alias MENCONTEK. Lalu mereka mendaftar di sekolah negeri yang sama. Dan pada akhirnya si A tidak diterima karena NEM teman-temannya itu lebih tinggi. Apa pernah ada yang memikirkan nasib si A. Misal dia bukan dari keluarga berada, apa bisa dia sekolah di sekolah swasta dengan kwalitas BAIK? Pernahkah para pemimpin kita memikirkan hal itu. Bukan hanya itu, kebiasaan seperti ini akan terus menerus terjadi pada pelajar hingga mereka dewasa. Pada akhirnya pelajar Indonesia yang kelak menjadi pemimpin bangsa terus-menerus hanya bisa diperintah oleh orang asing. Coba anda pikirkan dengan logika anda. Dan jika anda juga seorang pelajar seperti saya, bantulah negara ini dan berhentilah MENCONTEK. Seberapa buruk nilai ulangan saya, saya selalu bangga karena itu hasil kerja saya sendiri. Dan jika anda membenci koruptor itu, bencilah diri anda jika anda melakukan hal-hal yang mencirikan koruptor. Bisakah anda melakukannya?

Tidak ada komentar: